Post pada 24 Jan 2025
Setiap bunda di dunia ini pastinya ingin memberikan yang terbaik untuk si kecil. Sebagai orangtua, kita selalu berusaha untuk membimbing dan mendidik mereka dengan penuh kasih sayang. Namun, tidak jarang, tanpa sadar, kita bisa terjebak dalam pola pengasuhan yang justru berbahaya bagi perkembangan mental dan emosional si kecil. Inilah yang disebut dengan toxic parenting.
Toxic parenting adalah gaya pengasuhan yang penuh dengan perilaku atau sikap yang merusak kesejahteraan emosional dan psikologis anak. Apa saja tanda-tanda toxic parenting? Apa dampaknya untuk perkembangan si kecil? Yuk, Bunda, kita bahas lebih dalam!
Toxic parenting adalah istilah yang merujuk pada pola asuh orangtua yang tidak sehat atau tidak mendukung perkembangan emosional, mental, atau sosial anak dengan baik. Bunda mungkin tidak menyadarinya, namun beberapa perilaku yang tampaknya biasa dilakukan orangtua dapat berdampak buruk bagi si kecil.
Toxic parenting seringkali ditandai dengan pola pengasuhan yang terlalu keras, terlalu mengontrol, atau justru terlalu mengabaikan kebutuhan anak. Ini bukan berarti Bunda sengaja melakukannya, namun sering kali, tanpa sadar, kita bisa jatuh dalam pola-pola yang tidak mendukung tumbuh kembang si kecil dengan baik.
Toxic parenting bisa muncul dalam berbagai bentuk, seperti memberikan kritik berlebihan, tidak memberikan perhatian yang cukup, atau mengabaikan kebutuhan emosional anak. Perilaku ini dapat menghambat perkembangan si kecil secara keseluruhan, baik secara sosial, emosional, maupun psikologis.
Bunda, mungkin ada beberapa ciri-ciri atau tanda-tanda toxic parenting yang perlu diwaspadai. Ciri-ciri ini bisa berbeda-beda, tetapi secara umum, pola pengasuhan ini mengarah pada kurangnya perhatian terhadap kebutuhan emosional anak, atau bahkan perilaku yang merusak psikologis mereka. Berikut beberapa ciri-ciri yang bisa Bunda perhatikan:
Bunda mungkin ingin memastikan si kecil selalu berperilaku baik, namun jika pengawasan dan kontrol terhadap si kecil terlalu ketat, ini bisa menjadi salah satu tanda toxic parenting. Anak yang selalu dikontrol dengan ketat tidak diberikan kesempatan untuk berekspresi atau belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka bisa merasa tidak memiliki kebebasan dan takut untuk mencoba hal baru.
Mungkin Bunda pernah merasa frustrasi dan tanpa sengaja mengkritik si kecil dengan kata-kata yang menyakitkan. Misalnya, mengatakan “Kenapa sih kamu nggak bisa seperti anak-anak lain?” Atau “Kamu nggak pintar, kenapa sih selalu gagal?” Kritik yang seperti ini bisa sangat merusak rasa percaya diri anak. Alih-alih memberi motivasi, kritik semacam itu justru membuat anak merasa tidak cukup baik dan kurang dihargai.
Anak tidak hanya butuh makanan dan pakaian, Bunda. Mereka juga butuh perhatian dan kasih sayang. Jika Bunda terlalu sibuk atau acuh tak acuh terhadap kebutuhan emosional anak, ini bisa menjadi tanda toxic parenting. Anak yang tidak merasa diperhatikan atau dicintai oleh orangtua bisa merasa terabaikan dan cemas.
Anak belajar banyak dari contoh yang diberikan orangtua. Jika Bunda menunjukkan perilaku negatif, seperti berkata kasar, berbohong, atau tidak menghargai orang lain, si kecil mungkin akan meniru hal tersebut. Pola pengasuhan ini bisa membentuk karakter anak yang kurang baik di masa depan.
Toxic parenting juga bisa muncul ketika orangtua sering menunjukkan emosi yang tidak stabil, seperti mudah marah atau cepat tersinggung. Anak akan merasa bingung dan tidak tahu bagaimana harus berperilaku. Ini bisa membuat anak merasa tidak aman dan cemas.
Bunda, pengaruh dari toxic parenting bisa sangat besar bagi perkembangan si kecil, lho. Dampak buruknya bisa terasa dalam jangka panjang, baik secara emosional maupun sosial. Berikut beberapa dampak negatif yang bisa dialami si kecil akibat pola pengasuhan yang tidak sehat:
Si kecil yang sering mendapatkan kritik tajam atau tidak pernah merasa dihargai akan tumbuh menjadi anak dengan rasa percaya diri yang rendah. Mereka mungkin akan merasa tidak mampu atau tidak cukup baik, bahkan ketika mereka berhasil melakukan sesuatu. Rasa percaya diri yang rendah ini bisa terus terbawa hingga mereka dewasa.
Toxic parenting yang melibatkan pengabaian terhadap kebutuhan emosional anak bisa menyebabkan si kecil kesulitan dalam mengelola emosinya. Anak yang tidak pernah diberikan kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya bisa tumbuh menjadi pribadi yang tertutup dan mudah merasa frustasi.
Anak yang dibesarkan dalam lingkungan dengan toxic parenting mungkin kesulitan menjalin hubungan sosial yang sehat. Mereka bisa merasa cemas atau takut pada orang lain, karena mereka tidak mendapatkan teladan atau pengalaman positif dalam berinteraksi. Hal ini bisa berdampak pada hubungan pertemanan, bahkan hubungan keluarga.
Toxic parenting juga dapat menyebabkan anak mengalami stres dan kecemasan yang berlebihan. Misalnya, anak yang selalu diawasi dan dikontrol tanpa diberi kebebasan untuk memilih, bisa merasa cemas tentang segala hal yang mereka lakukan. Mereka merasa takut membuat kesalahan, karena selalu ada pengawasan yang ketat.
Si kecil yang dibesarkan dengan kontrol berlebihan atau dengan kasih sayang yang minim bisa kesulitan dalam mengembangkan potensi dirinya. Mereka tidak diberikan kesempatan untuk mengeksplorasi diri atau mengambil risiko yang sehat. Hal ini bisa menghambat mereka untuk mencapai tujuan atau mengejar minat mereka di masa depan.
Bunda, meskipun pola pengasuhan yang toxic bisa merusak, bukan berarti Bunda tidak bisa memperbaikinya. Ada banyak cara untuk mendukung perkembangan si kecil secara positif, dengan menjadi lebih sadar tentang bagaimana cara kita berinteraksi dengan mereka. Berikut beberapa tips untuk menghindari toxic parenting dan memberikan dukungan terbaik bagi si kecil:
Alih-alih memberi kritik yang menjatuhkan, cobalah memberikan pujian yang membangun. Pujian yang positif akan meningkatkan rasa percaya diri si kecil dan mendorong mereka untuk terus berkembang. Misalnya, jika mereka berhasil melakukan sesuatu, Bunda bisa mengatakan, “Wah, kamu hebat bisa menyelesaikan tugas ini! Terus semangat, ya!”
Sesekali beri kejutan yang manis untuk si kecil dengan cara memberikan camilan kesukaannya. Bunda bisa memberikan camilan sehat seperti Milkita Bites, untuk mengapresiasi pencapaian si kecil. Milkita Bites ini bisa Bunda dapatkan di Official Store Unifam di Shopee dan Tokopedia ya.
Luangkan waktu untuk mendengarkan cerita si kecil, terutama tentang perasaan mereka. Cobalah untuk lebih empati dan mengerti apa yang mereka alami. Dengan begitu, mereka akan merasa dihargai dan lebih nyaman untuk terbuka kepada Bunda.
Sebisa mungkin, Bunda harus menjaga kestabilan emosi. Jika merasa marah atau frustrasi, coba tenangkan diri terlebih dahulu sebelum berbicara atau mengambil tindakan. Anak-anak sangat sensitif terhadap emosi orangtua, jadi usahakan untuk memberikan contoh perilaku yang tenang dan bijaksana.
Terkadang, si kecil butuh kebebasan untuk membuat keputusan sendiri, tentu dalam batas yang wajar. Bunda bisa memberikan mereka pilihan atau kesempatan untuk belajar mandiri. Ini akan membantu mereka merasa lebih percaya diri dan tangguh dalam menghadapi tantangan.
Bunda, toxic parenting memang bisa membawa dampak buruk bagi perkembangan si kecil, tetapi dengan kesadaran dan perubahan sikap, kita bisa menghindarinya. Setiap anak berhak tumbuh dan berkembang dengan penuh kasih sayang, dukungan emosional, serta kebebasan untuk mengeksplorasi dunia mereka.
Mungkin tidak mudah untuk selalu menjadi orangtua yang sempurna, tapi dengan terus belajar dan berusaha, Bunda bisa memberikan lingkungan yang sehat dan penuh kasih untuk si kecil. Yuk, mulai dari sekarang, coba lebih bijak dalam cara kita berinteraksi dengan mereka, karena masa depan si kecil ada di tangan Bunda!