Articles

Ko-Regulasi Emosi Pasangan: Peran Penting Ayah Mengatasi Tantrum Saat Libur Panjang (Ibu Tenang, Anak Senang!)

Post pada 19 Dec 2025

Hai, Bunda! Libur panjang memang momen yang paling ditunggu. Bayangan quality time yang hangat, tawa ceria Si Kecil, dan foto-foto Instagramable memenuhi feed pikiran kita. Namun, Bunda pasti tahu, realita seringkali lebih riuh dari bayangan.

Jadwal yang berubah drastis, suasana baru, dan kelelahan fisik justru memicu tantrum hebat pada Si Kecil. Dan jujur saja, saat Si Kecil meledak, Bunda seringkali ikut merasa lelah dan emosi pun ikut terpancing.

Artikel ini adalah Panduan Darurat Emosi Tim Keluarga kita. Kita akan menyelami konsep penting Ko-Regulasi Emosi kemampuan kita sebagai orang tua untuk menjadi ‘pusat ketenangan’ bagi Si Kecil dan secara khusus menyoroti peran krusial Ayah dalam menopang Bunda dan meredakan badai emosi selama liburan.

Ini bukan sekadar tips liburan, tapi kunci untuk menjaga harmoni emosional keluarga agar liburan menjadi benar-benar nyaman, bukan hanya bagi Si Kecil, tapi juga bagi Bunda dan Ayah!

Baca juga: Mindful Parenting: Apa, Peran dan Contoh untuk Bunda

Kenapa Libur Panjang Justru Jadi Musim Tantrum?

cara menerapkan parenting dengan sistem ko regulasi emosi saat liburan panjang antara ayah dan bunda

Sebelum kita masuk ke solusi, yuk kita pahami dulu kenapa suasana yang seharusnya menyenangkan ini justru sering jadi pemicu tantrum:

1. Perubahan Jadwal (Rutin yang Hilang)

Si Kecil sangat mengandalkan rutinitas harian (jam tidur, jam makan). Liburan (terutama perjalanan jauh) merusak fondasi rutinitas ini. Hilangnya kontrol dan prediktabilitas membuat otak Si Kecil bekerja lebih keras, dan energi mereka cepat habis.

2. Kelelahan Fisik dan Sensorik Berlipat

Di masa liburan, mereka sering terpapar stimulasi berlebihan: suara ramai, keramaian, suhu baru, cahaya terang, hingga makanan yang berbeda. Ini menyebabkan kelelahan sensorik yang sangat cepat memicu tantrum karena sistem saraf mereka kewalahan.

3. Si Kecil Butuh “Regulator Eksternal”

Intinya, otak Si Kecil belum punya tombol reset atau rem emosi yang matang. Mereka tidak bisa bilang, “Aku marah, aku butuh napas dalam.” Yang mereka lakukan adalah teriak dan menangis. Dalam situasi itu, mereka sangat membutuhkan kehadiran orang tua yang tenang untuk meminjamkan ketenangan tersebut—inilah inti dari Ko-Regulasi.

Baca juga: Si Kecil Susah Diatur? Tenang, Bunda Pasti Bisa!

Ko-Regulasi Pasangan: Ayah Sebagai Penenang Utama (Co-Regulator)

Ko-regulasi adalah proses dua arah. Namun, saat liburan, seringkali beban ko-regulasi ini jatuh pada Bunda. Padahal, keterlibatan aktif Ayah bisa menjadi game changer terbesar! Ayah membawa energi yang berbeda—seringkali lebih stabil dan kurang terkoneksi dengan kecemasan harian—yang sangat membantu menenangkan Si Kecil.

1. Ayah Sebagai “Penyangga” Emosi Bunda (Co-Regulator Istri)

Sebelum Ayah menenangkan Si Kecil, Ayah harus bisa menenangkan Bunda. Tantrum Si Kecil yang terus-menerus bisa membuat Bunda kehabisan energi.

  • Tugas Ayah: Saat Si Kecil tantrum, Ayah bisa mengambil alih Si Kecil dan mengatakan pada Bunda: “Bunda, istirahat dulu lima menit, Ayah yang tangani.” Tindakan ini langsung menurunkan level stres Bunda secara signifikan.
  • Mengapa Penting: Ketika Bunda merasa didukung dan diberi ruang napas, ia bisa kembali dengan “cangkir” yang lebih terisi dan energi yang lebih tenang untuk merawat Si Kecil.

2. “Tangan Dingin” Ayah Saat Tantrum (The Calming Force)

Kadang, Si Kecil yang sedang marah hanya butuh wajah dan sentuhan yang berbeda.

    • Tugas Ayah: Karena Ayah seringkali tidak terlalu terlibat dalam rutinitas harian, Si Kecil sering merespons Ayah dengan lebih cepat saat tantrum. Ayah bisa menggunakan suara yang lebih rendah, kontak mata yang lebih tenang, dan sentuhan yang kokoh (pelukan erat atau gendongan) untuk membantu Si Kecil kembali ke ritme yang normal.
    • Mengapa Penting: Energi Ayah yang tenang dan stabil bisa menjadi “suasana baru” yang memecah lingkaran emosi tegang antara Bunda dan Si Kecil.
  • 3. Pembagian Tugas Jelas Sejak Awal

Jangan tunggu sampai tantrum terjadi. Sepakati pembagian tugas sebelum liburan atau kegiatan dimulai:

Tugas Ko-Regulasi Ayah Bunda
Menangani Tantrum Berat Saat di tempat umum & butuh kekuatan fisik. Saat di rumah/hotel & butuh sentuhan lembut.
Mengawasi Waktu Istirahat Memastikan Si Kecil tidur siang/istirahat, meski harus membujuknya. Mengatur menu makanan dan camilan yang stabil.
Penyedia “Ruang Napas” Istri Bertanggung jawab penuh saat Bunda butuh me time. Memberikan space saat Ayah butuh istirahat.

Baca juga: 7 Tips Menghabiskan Quality Time Bersama Anak

Self-Regulation Bunda: Kunci Ko-Regulasi yang Berhasil

Ingat, Bunda! Ko-regulasi tidak akan berhasil jika Bunda sendiri sedang dalam mode panik. Bunda harus menjadi pengatur emosi diri sendiri terlebih dahulu (self-regulator) sebelum menjadi regulator bagi Si Kecil.

1. Prioritaskan Jeda Mikro (Pause Button)

Saat Si Kecil mulai rewel dan Bunda merasa marah memuncak, segera pause:

STOP, Drop, and Breathe: Hentikan semua yang Bunda lakukan. Berjongkok sejenak. Tarik napas panjang tiga kali, fokus pada perut yang mengembang. Ini adalah hack cepat untuk menenangkan sistem saraf.

2. Identifikasi Pemicu Diri

Apa yang membuat Bunda cepat marah saat liburan?

Pemicu: Keterlambatan? Suara bising? Rumah berantakan?

Solusi: Jika Ayah bisa mengurus tiket atau itinerary, delegasikan. Jika suara bising mengganggu, minta Ayah membawa Si Kecil sebentar keluar ruangan. Minta apa yang Bunda butuhkan.

3. Waktu Me Time yang Harus Dipertahankan

Negosiasikan: Pastikan Bunda mendapatkan waktu 30-60 menit setiap hari untuk diri sendiri. Ini non-negotiable.

Contoh: Minum kopi sendirian di balkon hotel, membaca buku di kamar mandi, atau jalan santai sebentar. Ini adalah pengisian ulang energi.

Baca juga: Kenali 5 Tanda Masalah Kesehatan Jiwa Anak Sejak Dini

Panduan Ko-Regulasi Praktis: 5 Langkah Bersama Pasangan

langkah ko regulasi emosi liburan panjang antara ayah dan bunda

Ketika badai tantrum datang, tim Ayah dan Bunda harus bekerja cepat dan kompak. Gunakan 5 langkah berikut secara bergantian atau bersamaan:

1. Siapa yang Ambil Alih? (Kesepakatan Diam)

Tujuan: Menghindari dua orang tua ikut panik.

Saat tantrum meledak, salah satu pasangan (misalnya Ayah) segera maju dan mengambil alih, sementara yang lain (Bunda) mengambil pause atau mengurus hal lain (misalnya mengamankan tas/adiknya).

2. Pindah ke Zona Tenang (Ketenangan Fisik)

Tujuan: Mengurangi stimulasi dan memberi rasa aman.

Orang yang mengambil alih harus segera membawa Si Kecil ke tempat yang lebih tenang (toilet keluarga, pojokan sepi, atau mobil).

3. Validasi, Validasi, Validasi (Penyambung Perasaan)

Tujuan: Mengakui emosi, bukan memarahi.

Ucapkan dengan nada suara yang tenang dan rendah: “Kamu marah sekali karena harus berhenti main. Rasanya kecewa ya? Ayah/Bunda mengerti.” Jangan ceramah saat emosi memuncak.

4. Tawarkan Pilihan Regulator (Sentuhan atau Ruang)

Tujuan: Memberi Si Kecil kontrol dalam proses menenangkan diri.

Tawarkan: “Mau dipeluk Ayah/Bunda, atau mau duduk sendiri di sini dulu sampai tenang? Pilih mana?”

Apapun pilihannya, hormati. Jika ia memilih ruang, duduklah di dekatnya tanpa bicara, hadir sebagai jangkar.

5. Refleksi Tim Pasca-Badai (Evaluasi Pasangan)

Setelah Si Kecil tenang dan tidur, Ayah dan Bunda wajib melakukan refleksi singkat:

“Tadi kita sudah kompak ya. Kapan Si Kecil mulai terlihat kelelahan?”

“Bagaimana perasaanmu tadi? Apa yang bisa kita perbaiki besok?”

Penting: Ini bukan ajang menyalahkan, melainkan proses belajar bersama.

Mencegah Kelelahan: Atur Ritme Liburan

Ko-regulasi terbaik adalah yang tidak perlu dilakukan. Artinya, kita berhasil mencegah Si Kecil mencapai titik didih emosi.

1. Aturan 30:30: Stimulasi vs. Ketenangan

Untuk setiap 30 menit kegiatan intens (bermain air, keramaian), pastikan ada 30 menit waktu tenang (membaca buku di kamar, duduk di cafe, atau mendengarkan musik santai).

2. Waktu Transisi Berperingkat

Liburan penuh transisi, dan ini adalah pemicu utama. Gunakan peringatan 3 kali (10 menit, 5 menit, 2 menit) sebelum pindah dari satu aktivitas ke aktivitas lain.

3. Jadwal Tidur Fleksibel, Bukan Hilang

Meskipun jamnya mungkin bergeser, pastikan durasi tidur Si Kecil tetap terpenuhi. Kehilangan satu jam tidur bisa berarti dua tantrum besar keesokan harinya! Prioritaskan tidur.

Kekuatan Ada Pada Kekompakan Tim Keluarga

Bunda, liburan yang sukses bukanlah liburan tanpa tantrum, melainkan liburan di mana tim keluarga (Ayah dan Bunda) berhasil melewati tantrum dengan tenang, kompak, dan penuh cinta.

Dengan menjadikan Ayah sebagai co-regulator yang aktif dan memastikan Bunda juga mendapatkan ruang untuk self-regulation, kita tidak hanya menenangkan Si Kecil, tetapi juga memperkuat ikatan emosional sebagai pasangan. Hadiah terbaik dari liburan ini bukanlah suvenir, melainkan kenangan bahwa keluarga kita adalah tempat paling aman di dunia, bahkan saat badai emosi melanda.

Bunda bisa temukan artikel parenting lainnya di Instagram @Unifam.id. Dan pastinya, jangan lupa belanja produk-produk Unifam hanya di Toko Official Unifam di Shopee dan Tokopedia biar lebih aman dan pasti asli!

Berita Terpopuler


Berita Terbaru


Bagikan Artikel