Post pada 16 May 2024
Memastikan tumbuh kembang si Kecil berjalan secara optimal adalah tugas Bunda dan Ayah sebagai orangtua, salah satunya dengan menerapkan pola asuh yang tepat untuk si Kecil.
Pola asuh anak adalah pola pengasuhan orang tua terhadap anak, yaitu bagaimana orang tua memperlakukan anak, mendidik, membimbing dan mendisiplinkan serta melindungi anak dalam mencapai proses kedewasaan sampai dengan membentuk perilaku anak sesuai dengan norma dan nilai yang baik dan sesuai dengan kehidupan masyarakat.
Setiap Pola Asuh atau Tipe Parenting memang mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap kesuksesan pola asuh ini, salah satunya adalah karakteristik anak.
Pola asuh orang tua dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya :
Dalam lingkungan keluarga, anak akan mempelajari dasar-dasar perilaku yang penting bagi kehidupannya kemudian. Pendidikan karakter yang utama dan pertama bagi anak adalah lingkungan keluarga.
Karakter dipelajari anak melalui model para anggota keluarga terutama orang tua. Model orang tua secara tidak langsung akan dipelajari dan ditiru oleh anak. Bila anak kita melihat kebiasaan baik orang tua maka maka dengan cepat akan mencontohnya, demikian sebaliknya bila orang tua berperilaku buruk maka akan ditiru oleh anak-anak.
Ada kemungkinan meskipun menerapkan pola asuh yang sama tetapi hasilnya bisa berbeda pada setiap anak. Bunda sebaiknya mengetahui jenis-jenis pola asuh ini agar bisa menentukan mana pola yang cocok untuk si Kecil.
Dalam dunia parenting, ada 4 tipe parenting (pola asuh anak) yang biasa dilakukan oleh orang tua. Tidak ada satu pola asuh anak yang terbaik untuk semua orang, sebagai orang tua, Bunda dan Ayah perlu memahami ke-empat kategori pola asuh anak ini dan menentukan sendiri mana pola asuh anak terbaik untuk si Kecil.
Pola asuh tergolong otoriter ketika orang tua mendidik anak dengan cara menerapkan aturan ketat yang harus dipatuhi.
Biasanya, orang tua dengan pola asuh ini tidak menjelaskan alasan mengapa mereka menerapkan peraturan-peraturan tersebut, dan menegur anak jika mempertanyakan peraturan yang telah mereka buat. Salah satu contoh pola asuh tipe ini adalah menjawab pertanyaan anak dengan “Karena Bunda/Ayah bilang gitu, ya gitu!”.
Pola asuh otoriter seperti ini, jika dijalankan dengan baik, dapat membangun karakter si Kecil menjadi anak yang taat aturan. Namun, sayangnya orang tua yang bersikap terlalu keras pada anak bisa berdampak pada perilaku atau mental anak di masa depan.
Dampak pola asuh ini bisa membuat anak merasa cemas, rendah diri, depresi, bahkan menjadi pemberontak dan pembohong karena terlalu dikekang.
Berbanding terbalik dengan tipe sebelumnya, permissive parenting cenderung menerapkan sedikit aturan pada anak.
Pola asuh permisif adalah saat orang tua menunjukan rasa sayang yang tinggi pada anak, tetapi di sisi lain jarang mendisiplinkan anak. Alhasil, anak yang dibesarkan dengan pola asuh ini kemungkinan akan menjadi manja.
Minimnya pengawasan, anak cenderung bebas melakukan apapun, penuh kehangatan dan juga tidak memiliki struktur disiplin keseharian yang jelas.
Sisi positif dari pola asuh ini yaitu anak menjadi lebih mandiri dan dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. Hal ini karena orang tua yang membebaskan dan tidak terlalu mengontrol bagaimana anaknya bersikap.
Di sisi lain dampak negatif dari pola asuh ini menyebabkan anak tidak menghargai aturan, hingga kurang mampu mengontrol diri.
Authoritative parenting adalah sedikit kombinasi antara pola asuh otoriter dan permisif.
Dalam pola asuh ini, orang tua kerap mendisiplinkan anak dengan peraturan yang jelas dan kerap kali mengajak anak berkomunikasi.
Pola asuh ini disarankan oleh para ahli karena merupakan penggabungan yang tepat antara rasa sayang dan kontrol dari orang tua.
Tujuan utama dari pola asuh ini adalah bagaimana mendidik anak dengan tegas, tapi juga suportif dan membuka ruang diskusi dengan anak. Hal ini agar si Kecil dapat tumbuh menjadi sosok yang berpotensi tumbuh dengan kreativitas tanpa batas namun tetap bertanggung jawab, kooperatif, dan mandiri.
Pola asuh yang tidak terlibat adalah ketika kurangnya perhatian dan disiplin dari orang tua kepada anak.
Orang tua mungkin memastikan bahwa anak-anak mereka diberi makan dan memiliki tempat berteduh, tetapi tidak menawarkan apa-apa dengan cara bimbingan, struktur, aturan, bahkan dukungan.
Dalam kasus-kasus ekstrem, orang tua ini bahkan dapat menolak atau mengabaikan kebutuhan anak-anak mereka.
Orang tua dengan pola asuh ini biasanya kurang mengetahui bagaimana perkembangan anak. Di samping itu, anak-anak yang besar dengan gaya mengasuh ini cenderung kurang menerima bimbingan, pendidikan, dan perhatian dari orang tua.
Minimnya kepedulian orang tua, cuek, minimnya pengawasan dan tidak ada waktu bonding bersama keluarga.
Tentu saja absennya peran orang tua pada masa pertumbuhan anak akan mempengaruhi perilakunya di masa depan.
Beberapa hal negatif seperti bersifat agresif, nakal, depresi, dan sulit mengendalikan emosi, merupakan dampak yang mungkin terjadi pada anak dengan pola asuh ini.
Tidak ada satu tipe parenting yang paling pas untuk satu keluarga. Seringkali, pola asuh yang diterapkan adalah kombinasi dari beberapa tipe parenting yang sudah disebutkan di atas. Hal ini adalah wajar mengingat tidak semua tipe pola asuh akan cocok untuk segala kondisi yang Bunda dan Ayah hadapi.
Adalah penting bagi Bunda dan Ayah untuk terus mengamati perkembangan si Kecil dalam menerapkan pola asuh yang manapun. Hal ini tentunya dengan tujuan untuk menjaga kesehatan mental si Kecil. Jangan sampai pola asuh yang Bunda dan Ayah terapkan berimbas negatif pada perkembangan si Kecil nantinya.