Post pada 28 Sep 2022
Artikel ini sudah ditinjau Psikolog Tioni Asprilia, M.Psi dari Kalbu-layanan online counseling.
Anak batita yang menunjukkan sikap pemalu sebenarnya normal dan lumrah. Karakter pemalu pada anak adalah sesuatu yang alami dalam proses perkembangan. Mereka cenderung menutup diri, gugup, dan memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan baru.
Nah, rasa malu secara alami akan hilang dengan sendirinya seiring bertambahnya usia. Hanya saja, ada beberapa anak tetap memiliki rasa malu meski beranjak remaja. Padahal, rasa malu yang berlanjut ini dapat menimbulkan permasalahan, terutama dalam bersosialisasi dengan lingkungannya.
Sebut saja, dia dapat merasa terisolir karena memiliki kesulitan dalam mengembangkan keterampilan sosial, terutama Ketika teman sebaya mulai mendominasi interaksi dalam kehidupannya. Dia dapat terlihat menjadi sosok yang kurang supel dan minim interaksi dengan orang lain. Ujung-ujungnya, si anak akan merasa kesepian, kurang merasa percaya diri, dan dihantui rasa ketakutan untuk lebih lanjut menginisiasi interaksi.
Pada akhirnya, bila rasa malu ini tak juga diatasi, anak dapat menjadi lebih mudah merasa cemas, terutama dalam setting sosial. Rasa cemas itu bisa juga berefek terhadap fisiknya. Reaksi tubuh yang muncul dapat berupa mudah gemetar, gagap, atau sering kali keluar keringat dingin.
Tentu sebagai orangtua, bunda ingin rasa malu pada anak segera sirna. Satu hal yang perlu ditekankan, rasa malu itu tak selalu hilang dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Anak perlu mendapat pendampingan dari orang tua dan belajar untuk menjadi lebih percaya diri. Ia perlu didorong untuk mengembangkan kemampuan sosialnya sehingga nyaman berinteraksi dengan orang lain.
Ada banyak cara yang dapat bunda lakukan agar anak lebih ‘berani’. Sebut saja dengan memaparkan anak dengan teman sebayanya, misalnya dengan mengundang teman-temannya bermain ke rumah.
Ciptakan suasana yang menyenangkan saat ada teman yang bermain sehingga anak menjadi lebih bersemangat dalam melakukan aktivitas Bersama teman. Contoh nyata dengan menyediakan Pino Es Serut Buah yang menyegarkan sebagai teman bermain di rumah.
Bahkan, Pino Es Serut Buah dapat menjadi sarana membuka percakapan seru. Buah hati bisa berbagi cerita betapa Pino Es Serut Buah menawarkan rasa aneka buah dalam setiap kemasannya. Pendek kata, Pino Es Serut Buah dapat menjadi bahan ‘presentasi’ anak kepada teman-temannya.
Berikutnya, bunda dapat mendorong anak ikut kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan minatnya. Oh ya jangan lupa, sebaiknya bunda menghindari untuk membandingkan anak dengan saudara atau teman-teman yang lain. Cara ini justru akan membuat dia makin minder dan tidak percaya diri Ketika merasa dirinya tidak mampu sebagaimana orang lain.
Lalu bagaimana dengan anak pra sekolah? Ketika ada dalam situasi sosial, misalnya bergabung dalam kelompok orang tua atau bermain, dorong anak melakukan eksplorasi dengan lingkungan sekitarnya. Lalu perlahan-lahan, bunda dapat menjaga jarak dengan anak ketika dia terlihat sudah nyaman.
Biasakan juga memuji anak ketika dia ‘berani’ merespons orang lain. Tak harus selalu dengan kalimat pujian, memberikan senyum atau kedipan mata yang bermakna positif atas tindakan anak juga dapat menjadi pendorong bagi anak. Bisa juga bunda menjadi role model bagi anak saat berinteraksi dengan orang lain.
Mungkin sementara itu yang beberapa ide yang dapat bunda lakukan agar anak mengatasi rasa malunya. Bila memang perlu bantuan, bunda dapat berkonsultasi dengan psikolog anak agar mendapatkan masukan yang lebih relevan.
Jangan lupa untuk mengunjungi Instagram PINO Indonesia, Tokopedia & Shopee UNIFAM Official Store untuk mendapatkan promo terbaik dari produk-produk UNIFAM