Post pada 30 Jul 2024
Bunda, pernah nggak sih ngobrol sama seseorang, yang kalau disalahin, malah balik menyalahkan kita? Atau bahkan, dia sampe bikin kita ragu sama diri sendiri, kayak merasa kita yang salah padahal nggak? Kalau pernah, Bunda mungkin udah pernah ngerasain yang namanya gaslighting.
Gaslighting itu kayak permainan kata-kata gitu, Bun. Orang yang suka gaslighting ini pintar banget bikin kita bingung dan ragu sama kenyataan. Dia bisa saja mengubah cerita, ngebuat kita merasa bersalah, atau bahkan bilang kalau kita lagi nggak waras. Tujuannya cuma satu, yaitu buat kita tunduk sama dia. Ngeri ya, Bunda.
Mungkin sekarang Bunda lagi bertanya-tanya, gimana caranya biar “kebal” kalau lagi berada dalam situasi gaslighting. Terkadang butuh waktu agak lama untuk kita menyadari kalau kita sedang jadi korban gaslighting. Atau jangan-jangan kita malah pelakunya tapi gak sadar?
Biar gak berlama-lama terjebak dalam situasi gaslighting, yuk kita bahas apa itu gaslighting, ciri-ciri, dan bagaimana mengatasinya.
Istilah gaslighting populer dari film yang berjudul “Gaslight” pada tahun 1940. Dalam ceritanya, Bunda akan melihat seorang wanita yang menjadi korban manipulasi psikologis dari suaminya. Sang suami membuatnya meragukan dirinya sendiri hingga akhirnya ia yakin bahwa dirinya sedang gila.
Pada dasarnya Gaslighting merupakan salah satu sebenarnya bentuk manipulasi psikologis yang bisa terjadi dalam berbagai hubungan. Ini adalah cara untuk membuat pelaku terlihat berkuasa dan dapat mengontrol korban, Bunda. Mereka menciptakan keraguan dalam diri korban sehingga korban tidak yakin dengan penilaian dirinya sendiri.
Tentu saja, tindakan manipulasi dengan kata-kata ini berbahaya untuk kesehatan mental. Karena itu, penting untuk mengenali ciri-ciri gaslighting Bunda! Berikut adalah ciri-ciri gaslighting yang perlu diwaspadai:
Gaslighting adalah bentuk manipulasi psikologis yang licik. Pelakunya akan berusaha membuat korbannya meragukan pikiran dan perasaan sendiri. Jika Bunda merasa sering merasa bingung, ragu, atau bahkan bersalah tanpa alasan yang jelas, mungkin saja Bunda sedang mengalami gaslighting. Berikut ini ada 7 ciri-ciri gaslighting yang perlu Bunda waspadai.
Contoh klasik gaslighting adalah ketika pelaku menyangkal pernah mengatakan sesuatu yang sebenarnya sudah pernah diucapkan. Mereka mungkin akan berkata, “Aku tidak pernah mengatakan itu,” padahal Bunda ingat betul perkataan tersebut. Tujuannya adalah membuat Bunda merasa seolah-olah sedang gila atau khayalan.
Menyangkal kenyataan adalah senjata utama pelaku gaslighting. Mereka akan dengan sengaja mengubah narasi atau memutarbalikkan fakta untuk membuat korban merasa bingung dan tidak yakin.
Misalnya, jika Bunda mengatakan bahwa pelaku pernah berjanji sesuatu, pelaku akan dengan tegas membantahnya dan bahkan menyalahkan Bunda karena memiliki ingatan yang buruk.
Menyangkal kenyataan secara terus-menerus dapat merusak kepercayaan diri korban. Ketika korban mulai meragukan ingatan dan persepsinya sendiri, mereka akan semakin mudah dimanipulasi oleh pelaku. Korban akan cenderung percaya pada versi cerita pelaku, meskipun itu tidak sesuai dengan kenyataan.
Salah satu trik licik pelaku gaslighting adalah dengan memutarbalikkan fakta. Mereka akan mengubah cerita sehingga kesalahan mereka menjadi kesalahanmu. Misalnya, jika kamu marah karena janjinya tak ditepati, mereka justru akan menyalahkanmu karena terlalu sensitif atau berlebihan dalam menanggapi masalah.
Kebiasaan memutarbalikkan fakta ini sangat berbahaya karena dapat merusak kepercayaan diri Bunda. Ketika Bunda terus-menerus dihadapkan pada versi cerita yang berbeda, Bunda akan mulai meragukan diri sendiri dan merasa seperti orang yang tidak waras. Pelaku akan memanfaatkan kebingungan ini untuk semakin mengendalikan Bunda.
Ciri-ciri khas pelaku gaslighting berikutnya adalah kebiasaan mereka merendahkan orang lain. Mereka akan sering mengkritik, meremehkan, atau bahkan menghina korbannya agar korban merasa tidak berharga dan meragukan kemampuan dirinya sendiri.
Pelaku gaslighting seringkali menggunakan kata-kata yang menyakitkan untuk merendahkan korban. Mereka mungkin akan mengolok-olok penampilan, kemampuan, atau kepribadian korban.
Kebiasaan merendahkan orang lain ini sangat merusak. Kata-kata yang menyakitkan dari pelaku gaslighting dapat meninggalkan luka emosional yang dalam pada korban. Korban akan merasa tidak layak, tidak dicintai, dan tidak berharga. Hal ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan.
Pelaku gaslighting adalah seorang ahli dalam manipulasi. Ketika dihadapkan pada kesalahan mereka, mereka akan dengan cepat berbalik dan menjadi korban. Dengan lihai, mereka akan menciptakan narasi baru di mana mereka adalah pihak yang paling terluka.
Strategi “bermain korban” ini bertujuan untuk mengalihkan perhatian dari kesalahan mereka dan membuat korban merasa bersalah. Akibatnya, korban akan semakin ragu pada dirinya sendiri dan sulit untuk membela kebenaran.
Dengan memainkan peran korban, pelaku gaslighting tidak hanya menghindari konsekuensi dari tindakan mereka, tetapi juga merusak kepercayaan diri korban. Ketika korban terus-menerus disalahkan dan dibuat merasa bersalah, mereka akan mulai meragukan persepsi mereka sendiri. Akibatnya, korban akan semakin sulit untuk membela diri dan keluar dari situasi yang toxic.
Pelaku gaslighting seringkali memanfaatkan orang lain untuk menyerang korban. Dengan memanfaatkan kemampuannya dalam memanipulasi orang lain, pelaku dapat dengan mudah menghimpun sekumpulan pendukung yang siap membelanya tanpa syarat. Kelompok pendukung ini kemudian dimanfaatkan untuk menyerang korban, menciptakan lingkungan yang semakin beracun dan tidak aman bagi korban.
Salah satu taktik khas pelaku gaslighting adalah membuat korban merasa bersalah atas segala sesuatu. Mereka dengan mahir memanipulasi situasi sehingga korban merasa bertanggung jawab atas masalah yang terjadi, bahkan jika sebenarnya mereka tidak bersalah.
Pelaku akan menyalahkan korban atas perasaan mereka sendiri, atau bahkan atas kegagalan pelaku itu sendiri. Hal ini membuat korban terus-menerus berusaha untuk menyenangkan pelaku dan menghindari konflik, semakin memperkuat siklus gaslighting.
Pelaku gaslighting juga seringkali berusaha mengisolasi korban dari teman dan keluarga. Mereka akan meyakinkan korban bahwa orang-orang terdekatnya tidak dapat dipercaya atau tidak memahami situasi. Akibatnya, korban merasa semakin terisolasi dan tidak punya tempat untuk meminta bantuan. Kesepian dan perasaan terisolasi ini membuat korban semakin rentan terhadap manipulasi pelaku dan semakin mudah merasa bersalah.
Mengabaikan perasaan korban adalah salah satu bentuk manipulasi psikologis. Dengan membuat korban merasa bahwa perasaan mereka tidak penting, pelaku dapat lebih mudah mengendalikan dan memanipulasi korban. Korban yang merasa tidak didengarkan akan cenderung mencari validasi dari pelaku, sehingga semakin terikat pada hubungan yang tidak sehat.
Dengan meremehkan emosi korban, pelaku gaslighting secara efektif merampas kuasa dari korban. Kalimat seperti “Masa gitu doang baper” tidak hanya mengabaikan perasaan korban, tetapi juga memberikan pengalaman emosional mereka. Hal ini membuat korban merasa tidak berhak atas perasaan mereka sendiri, sehingga semakin mudah dimanipulasi.
Gimana rasanya kalau selalu disalahkan, padahal kita gak salah apa-apa? Itulah yang sering dirasakan orang-orang yang jadi korban gaslighting. Gaslighting itu kayak permainan pikiran yang jahat. Pelakunya bakal bikin kita ragu sama diri sendiri, bahkan sampai merasa gila.
Tenang aja, Bunda, kita gak sendirian yang ngalamin ini. Banyak orang yang pernah jadi korban gaslighting. Yang penting, kita harus tahu cara ngatasinya.
Ini dia beberapa tips yang bisa Bunda coba:
Mengenali tanda-tanda gaslighting itu penting banget, Bunda. Terkadang, kita suka gak sadar kalau lagi di-gaslighting karena pelakunya jago banget menyamarkan tindakannya.
Tapi, coba perhatikan, apakah Bunda sering merasa ragu dengan diri sendiri? Apakah Bunda sering disalahkan atas segala kesalahan? Atau, apakah Bunda merasa sulit untuk mengungkapkan perasaan tanpa takut dihakimi?
Kalau jawabannya ya, bisa jadi Bunda sedang menjadi korban gaslighting. Jangan biarkan diri Bunda terus-terusan terjebak dalam situasi yang menyakitkan. Sadari tanda-tandanya dan jangan ragu untuk mencari bantuan
Mengumpulkan bukti tidak hanya untuk membenarkan diri sendiri, tapi juga sebagai bagian dari proses penyembuhan. Melihat kembali bukti-bukti ini bisa membantu kita menyadari seberapa jauh manipulasi pelaku dan betapa kuatnya kita sebenarnya. Ini juga bisa menjadi pengingat bahwa kita tidak sendirian dan apa yang kita alami itu nyata.
Menjaga jarak dari pelaku gaslighting adalah langkah penting untuk melindungi diri kita dari manipulasi lebih lanjut. Dengan membatasi interaksi, kita memberikan ruang bagi diri kita untuk memulihkan diri dan membangun kembali kepercayaan diri. Ingat, Bunda, kesehatan mental kita jauh lebih berharga daripada hubungan yang toxic.
Mencintai diri sendiri adalah fondasi dari proses pemulihan setelah mengalami gaslighting. Dengan merawat diri sendiri baik secara fisik maupun mental, kita memberikan diri kita ruang untuk sembuh dan tumbuh. Perlakukan diri sendiri dengan penuh kasih sayang, seperti cara Bunda memperlakukan orang yang Bunda sayangi.
Jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Terapis dapat memberikan dukungan dan alat yang Bunda butuhkan untuk mengatasi dampak gaslighting.
Bantuan profesional tidak hanya sebatas sesi konsultasi, tapi juga memberikan dukungan berkelanjutan. Terapis akan menemani Bunda dalam setiap langkah perjalanan pemulihan dan membantu Bunda mencapai tujuan hidup yang lebih baik.
Bunda, dalam sebuah hubungan yang sehat, penting bagi kita untuk mengenali tanda-tanda gaslighting dan tidak meremehkannya. Semoga artikel ini dapat memberikan wawasan dan keberanian kepada Bunda untuk melindungi diri dan orang-orang terkasih dari pola perilaku yang merugikan ini.
Ingatlah selalu untuk mendengarkan hati nurani dan percaya pada diri sendiri. Jangan ragu untuk mencari bantuan jika merasa terjebak dalam lingkaran gaslighting. Bunda pantang menyerah, karena Bunda pantas mendapatkan cinta dan penghargaan yang sejati.