Post pada 12 May 2025
Siapa bilang setelah menikah semuanya akan selalu romantis seperti di awal pacaran? Kenyataannya, rumah tangga itu seperti naik roller coaster—penuh naik-turun dan kejutan. Kadang, hal kecil seperti piring belum dicuci saja bisa bikin ribut seharian. Nah, kalau Bunda dan Ayah makin sering berselisih dan rasanya hubungan jadi hambar, bisa jadi itu sinyal bahwa pernikahan Bunda butuh bantuan dari ahlinya.
Yup, konseling pernikahan bukan hanya untuk pasangan yang mau cerai, lho. Justru dengan konseling, Bunda bisa menyelamatkan hubungan sebelum terlambat. Yuk, kita bahas tanda-tanda yang perlu Bunda waspadai!
Kalau belakangan ini Bunda merasa hubungan dengan Ayah makin sering “nggak nyambung” atau terasa hambar, bisa jadi itu bukan sekadar fase biasa. Bisa jadi, pernikahan Bunda dan Ayah sedang butuh bantuan profesional—yaitu konseling pernikahan.
Tenang, Bun. Konseling itu bukan berarti hubungan Bunda gagal. Justru sebaliknya, itu tanda kalau Bunda dan Ayah masih ingin memperjuangkan satu sama lain. Nah, supaya Bunda bisa mengenali kapan waktu yang tepat untuk cari bantuan, berikut ini 11 tanda pasutri butuh konseling pernikahan.
Coba Bunda ingat-ingat, kapan terakhir kali ngobrol dengan Ayah dari hati ke hati, bukan cuma soal tagihan listrik atau beli popok? Kalau sekarang yang ada malah saling sindir, bentak-bentakan, atau bahkan diam-diaman, ini sudah jadi tanda bahaya.
Komunikasi yang buruk bisa memperparah masalah kecil jadi besar. Dan kalau sudah begini, konseling bisa bantu Bunda dan Ayah belajar cara komunikasi yang lebih baik, lebih sehat, dan tentunya saling menghargai.
Awalnya sih cuma soal tempat pasta gigi, tapi kok ujung-ujungnya bahas semua kesalahan masa lalu? Kalau Bunda merasa setiap pertengkaran selalu jadi besar, atau masalah lama terus diungkit, itu artinya hubungan Bunda dan Ayah sedang tidak baik-baik saja.
Konselor bisa bantu mengurai akar masalahnya, supaya konflik nggak terus-terusan jadi bom waktu.
Bunda, keintiman bukan cuma soal fisik, tapi juga soal kedekatan emosional. Kalau rasanya sekarang tidur pun sudah saling membelakangi, jarang peluk, jarang ngobrol dari hati ke hati, dan semuanya terasa hambar. Wah, ini perlu diwaspadai.
Konseling bisa membantu pasangan menemukan kembali kedekatan itu. Seperti menyiram tanaman yang mulai layu, hubungan pun bisa tumbuh subur lagi kalau dirawat.
Setiap ada masalah, selalu dia yang salah. Atau malah sebaliknya, Bunda terus yang disalahkan? Ini dinamakan toxic blame game – masuk ke toxic relationship juga ini, Bun. Hubungan sehat butuh dua orang dewasa yang saling bertanggung jawab, bukan saling tuding.
Kalau pola ini terus berlanjut, bukan cuma bikin capek hati, tapi juga bisa membuat salah satu merasa tidak dihargai. Konseling membantu menciptakan pola pikir yang lebih positif dan suportif.
Ironis banget ya, sudah tinggal serumah, tapi tetap merasa kesepian. Kalau Bunda atau Ayah mulai merasa seperti hidup sendiri, padahal masih menikah, ini tanda hubungan emosional kalian renggang.
Daripada mencari pelarian ke luar rumah—entah itu media sosial, pekerjaan, atau bahkan orang ketiga—lebih baik selesaikan dari dalam. Konseling bisa menjadi jembatan untuk membangun kembali kedekatan yang hilang.
Pikiran tentang pisah atau cerai itu tidak muncul tiba-tiba, Bun. Biasanya ada banyak luka, kecewa, dan kelelahan yang jadi akarnya. Kalau pikiran itu mulai sering muncul, jangan buru-buru ambil keputusan, tapi jangan juga diabaikan.
Konseling bisa membantu mengevaluasi hubungan dan membuka kemungkinan untuk memperbaiki semuanya—atau kalau memang harus berpisah, dilakukan dengan cara yang sehat dan dewasa.
Yang paling mengkhawatirkan adalah ketika salah satu atau keduanya sudah merasa “ya sudahlah, terserah saja.” Kalau sudah sampai tahap ini, biasanya karena lelah dan merasa tidak ada jalan keluar.
Tapi Bunda, selalu ada harapan selama masih ada niat untuk mencoba. Konselor bisa jadi orang ketiga yang netral dan membantu kalian melihat dari sudut pandang berbeda.
Sering merasa kayak muter-muter di tempat? Masalah yang sama terus muncul, dan solusi yang dicoba tidak pernah berhasil? Ini tanda kalau Bunda dan Ayah butuh pendekatan baru—yang biasanya hanya bisa ditemukan lewat bantuan profesional.
Konseling bisa bantu mengurai akar dari masalah berulang itu dan menemukan strategi penyelesaian yang lebih efektif.
Entah karena pernah selingkuh, bohong soal keuangan, atau janji-janji yang tidak ditepati, kehilangan kepercayaan bisa merusak pondasi rumah tangga. Dan membangun kepercayaan itu tidak semudah bilang “maaf” atau “aku janji berubah.”
Butuh proses, dan seringkali perlu panduan dari konselor pernikahan untuk bisa benar-benar sembuh dan memperbaiki hubungan.
Bunda merasa Ayah lebih percaya mamanya dibanding Bunda? Atau sering ada campur tangan dari mertua, saudara, bahkan teman dalam urusan rumah tangga kalian?
Pernikahan yang sehat harus punya batas yang jelas antara keluarga inti dan keluarga besar. Kalau batas ini tidak sehat, konseling bisa bantu menetapkan batas-batas itu secara dewasa dan adil.
Kadang, perubahan dalam hidup seperti kehilangan pekerjaan, punya anak, pindah rumah, atau kehilangan orang tua bisa mempengaruhi dinamika pernikahan. Kalau Bunda merasa pernikahan jadi tidak seimbang setelah perubahan besar, jangan ragu untuk cari bantuan.
Konseling bisa membantu menyesuaikan diri dengan situasi baru dan menjaga keharmonisan rumah tangga.
Salah satu alasan pasangan enggan ke konselor adalah karena takut dianggap gagal. Padahal, justru pasangan yang mau konseling adalah pasangan yang mau berjuang. Konseling bukan tanda kelemahan, tapi tanda bahwa Bunda dan Ayah masih peduli pada hubungan ini.
Bayangkan pernikahan seperti kendaraan, Bun. Kalau ban bocor, ya kita tambal. Kalau mesinnya ngadat, kita ke bengkel. Begitu juga pernikahan—kalau sedang seret, ayo bawa ke “bengkel” alias konselor pernikahan!
Kalau Bunda merasa ada satu atau beberapa tanda di atas dalam hubungan pernikahan Bunda dan Ayah, jangan tunda untuk mencari bantuan. Lebih baik mencegah sebelum semuanya terlambat. Ingat, tidak ada hubungan yang sempurna, tapi selalu ada cara untuk membuatnya lebih baik.
Bunda layak bahagia, Ayah juga, dan anak-anak pun pasti ikut merasakannya.
Kalau Bunda merasa artikel ini bermanfaat, yuk follow Instagram @Unifam.id! Banyak info menarik seputar parenting, pernikahan, dan nutrisi si kecil yang sayang banget kalau dilewatkan.
Dan jangan lupa ya, Bunda, pastikan beli produk-produk Unifam hanya di Toko Official Unifam di Shopee dan Tokopedia. Lebih aman, pasti original, dan kualitasnya terjamin!