Post pada 09 Jul 2025
Pernikahan bukanlah akhir dari cerita cinta, tapi justru awal dari sebuah perjalanan panjang yang penuh tantangan dan pembelajaran. Kadang terasa manis dan romantis, tapi di hari lain bisa terasa melelahkan dan penuh emosi. Di balik tawa bersama pasangan, mungkin tersimpan luka yang belum sempat dibicarakan. Di antara rutinitas sehari-hari, tanpa sadar ada kebiasaan-kebiasaan kecil yang bisa mengikis kehangatan rumah tangga.
Hubungan suami istri tak selalu berjalan mulus, Bunda. Kadang, tanpa niat jahat sekalipun, sikap atau ucapan kita bisa menyakiti pasangan. Lama-lama, jika tidak dibenahi, hal-hal sepele itu bisa menumpuk dan menjadi jurang yang sulit dijembatani. Untuk itu, penting bagi kita untuk mengenali apa saja kebiasaan buruk yang bisa menjadi racun dalam pernikahan—agar bisa dihindari sejak awal dan menjaga cinta tetap tumbuh, bukan malah layu perlahan.
Sering kali, hal-hal kecil yang tampak sepele justru bisa berdampak besar jika dibiarkan berlarut-larut dalam pernikahan. Tanpa disadari, kebiasaan-kebiasaan ini bisa menjadi pemicu renggangnya hubungan antara suami dan istri. Supaya rumah tangga tetap harmonis dan penuh cinta, yuk kenali satu per satu kebiasaan buruk yang diam-diam bisa merusak pernikahan berikut ini.
Meskipun tampak sepele, sembilan kebiasaan ini bisa menjadi racun yang perlahan menghancurkan pernikahan jika terus dibiarkan. Simak baik-baik 9 kebiasaan buruk yang dapat menghancurkan pernikahan agar kita bisa sama-sama menjaga keharmonisan keluarga berikut ini:
Sering kali pasangan merasa sudah cukup saling tahu hanya karena tinggal serumah, padahal komunikasi yang sebenarnya jauh lebih dalam dari sekadar bertukar kabar atau membahas urusan anak. Tidak adanya komunikasi yang terbuka dan jujur bisa membuat masing-masing merasa tidak dipahami, tidak dihargai, atau bahkan kesepian dalam hubungan. Jika sudah terbiasa memendam perasaan, lama-lama bisa muncul jarak yang sulit dijembatani.
Pernikahan membutuhkan dua orang yang bersedia saling memahami, bukan saling menuntut. Ketika salah satu atau keduanya gagal memahami kebutuhan dan perasaan pasangan, hubungan jadi terasa dingin dan kaku. Ketidakseimbangan ini membuat pasangan merasa tak dianggap, dan akhirnya konflik pun muncul dari hal-hal yang sebenarnya bisa dihindari.
Perhatian bukan hanya soal memberi hadiah atau kejutan romantis. Bahkan kalimat sederhana seperti “Kamu capek ya?” atau “Terima kasih sudah bantu hari ini” bisa jadi penguat ikatan emosional. Tapi dalam kesibukan sehari-hari, perhatian kecil seperti ini sering kali terlupakan. Saat salah satu merasa diabaikan terus-menerus, rasa cinta bisa perlahan memudar dan digantikan oleh kekecewaan.
Kecanduan narkoba, alkohol, judi, bahkan media sosial dan game bisa membuat pasangan merasa terpinggirkan. Saat seseorang lebih fokus pada “dunia lain” yang membuatnya lupa akan tanggung jawab sebagai pasangan atau orangtua, maka keharmonisan rumah tangga akan sangat terganggu. Selain membuat pasangan merasa tidak dihargai, kecanduan juga bisa berdampak pada kondisi finansial dan kestabilan emosi keluarga.
Tidak bisa dipungkiri, perselingkuhan adalah salah satu penyebab utama perceraian. Sekali kepercayaan dihancurkan, membangunnya kembali bukanlah hal mudah. Perselingkuhan bisa berakar dari perasaan hampa, kurang komunikasi, atau ketidakpuasan emosional. Sekalipun sudah dimaafkan, luka dan rasa curiga bisa terus menghantui hubungan.
Ketika seseorang selalu ingin menang sendiri atau mengutamakan kebutuhannya tanpa mempertimbangkan perasaan pasangannya, hubungan pun menjadi tidak seimbang. Ego yang terlalu tinggi membuat komunikasi sulit terjalin, karena salah satu merasa selalu harus mengalah. Jika ini terus terjadi, pasangan bisa merasa lelah dan memilih menjauh secara emosional.
Pernikahan bukan tentang siapa yang paling benar, tapi bagaimana dua orang bisa saling melengkapi. Jika dalam setiap konflik tidak ada yang mau mengalah atau meminta maaf lebih dulu, pertengkaran kecil bisa berkembang menjadi masalah besar. Kepala boleh dua, tapi hati harus satu: yaitu hati yang siap untuk saling mengerti dan mengalah demi kebaikan bersama.
Rutinitas yang monoton bisa membuat hubungan terasa hambar. Jika salah satu atau keduanya menolak untuk mengeksplorasi pengalaman baru—baik dalam hal aktivitas, obrolan, atau rencana bersama—maka gairah dalam pernikahan perlahan akan memudar. Padahal, mencoba hal baru bisa menjadi cara menyenangkan untuk memperkuat ikatan dan menciptakan kenangan manis.
Menyalahkan pasangan atas setiap masalah adalah kebiasaan yang sangat merusak. Bukan hanya membuat pasangan merasa tidak dihargai, tapi juga mendorong mereka untuk menutup diri dan kehilangan rasa aman dalam hubungan. Alih-alih mencari siapa yang salah, lebih baik fokus mencari solusi bersama. Karena pada akhirnya, pernikahan adalah tentang tim yang saling mendukung, bukan saling menjatuhkan.
Bunda, menjaga pernikahan tetap harmonis memang bukan hal yang mudah. Tapi bukan berarti tidak mungkin. Yang terpenting adalah kesadaran untuk terus belajar, berubah, dan memperbaiki diri bersama. Jangan sampai hal-hal kecil yang dianggap sepele justru menjadi awal dari kehancuran sebuah ikatan yang telah dibangun dengan cinta dan perjuangan.
Mengenali kebiasaan buruk bukan untuk menyalahkan diri sendiri atau pasangan, tapi sebagai langkah awal untuk menciptakan hubungan yang lebih sehat dan penuh cinta. Semoga kita semua bisa terus menjaga rumah tangga agar tetap hangat, saling memahami, dan tumbuh bersama dalam suka maupun duka.
Selain menjaga komunikasi dan perhatian, hal kecil seperti menyediakan camilan favorit keluarga juga bisa jadi bentuk cinta, lho, Bunda! Untuk pilihan camilan sehat dan lezat, jangan lupa pilih produk-produk dari Unifam yang sudah dipercaya banyak keluarga Indonesia.
Follow Instagram kami di @Unifam.id untuk mendapatkan tips keluarga, resep harian, serta promo menarik lainnya! Dan pastikan Bunda hanya membeli produk Unifam di Toko Official Unifam di Shopee dan Tokopedia, ya!