Artikel

Cerita Pendiri Unifam yang Jadikan Pesan Ayah Modal Kembangkan Bisnis  

Post pada 20 Apr 2021

Bicara bisnis, siapapun bisa usaha. Entah bisnis skala kecil atau besar. Pertanyaannya, seberapa lama bisnis bisa berjalan? Setahun, dua tahun, atau belasan tahun?

Bagaimana jika bisnis itu sudah berjalan hingga puluhan tahun? Tentu tidak mudah dan butuh perjuangan luar biasa.

Itu yang dilakoni Susylia Sukana, pendiri dan owner Unifam. Di samping perjuangan yang panjang, Susylia menyebut faktor keluarga juga turut menjadi pendukung utama. Wanita pekerja keras ini percaya, keterlibatan penuh dari  keluarga secara konsisten itulah yang membuat Unifam menjadi besar seperti saat ini.

Dari pengalaman Susy, dukungan orangtua, kakak, suami, anak-anak serta keponakan-keponakannya menjadi sumber kekuatan utama. Ayah Susy, Fong Bung Kong adalah seorang pedagang toko emas di Kota Makassar.

Fong selalu menekankan nilai -nilai disiplin dan kerja keras ke semua anak-anaknya. Fong
dan istrinya juga sangat peduli pada pendidikan. Mereka  mengarahkan semua anaknya untuk menyelesaikan pendidikan setinggi mungkin.

Fong menganggap ilmu yang sudah tertanam tak akan mungkin hilang begitu saja. Dengan memiliki ilmu  pengetahuan, seseorang akan mampu menciptakan sesuatu yang
membantunya bertahan hidup.

“Ayah saya selalu bilang percuma saya tinggalkan harta tapi kalian tidak punya ilmu. Lebih baik kamu gunakan uang ini untuk belajar, mengapa? Karena ilmu tidak akan hilang,” kata Susy menirukan ucapan sang ayah.

Selepas SMA, Susy masih belum menentukan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Apalagi pada  saat itu Susy melihat kakak Harsono tidak melanjutkan kuliah

Untuk mengisi waktunya Susy mengambil banyak kursus seperti menjahit, merangkai bunga, bahasa, dan masih banyak lainnya.  Mengetahui hal itu, Fong menasihati agar Susy meninggalkan  semua kursus dan melanjutkan kuliah.

“Untuk apa kamu belajar macam-macam itu. Lebih baik kamu punya satu pisau yang tajam, daripada punya sepuluh pisau namun tidak tajam,”seru sang ayah.
Perlakukan Karyawan Selayaknya Keluarga

Dalam mengembangkan perusahaan, Susy juga menganggap setiap karyawan adalah keluarga. Susy mengawali kepemimpinannya dengan rasa empati layaknya seorang ibu. Empati yang lahir dari cinta. Ia sosok yang sangat memahami lawan bicaranya, terutama karyawan.

Susy mengenal hampir semua karyawannya, mulai nama, sifat, karakter hingga kinerja mereka. “Mungkin karena jumlah karyawan saya saat itu masih sangat terbatas, sehingga bisa mengenal mereka lebih dekat,”ucap Susy merendah.

Tak ubahnya sebuah rumah, bagi Susy, karyawan adalah anggota keluarga besarnya. Alhasil, Susy mudah mengulurkan tangan untuk meringankan kesusahan karyawannya.

Perhatian Susy tak cukup hanya sampai karyawannya yang sakit. Pun keluarga  karyawan (anak, istri, suami atau orang tua karyawan) yang sakit akan ditolong baik secara material maupun psikis.

Saat karyawan dilanda duka karena keluarganya meninggal, maka dia mengusahakan datang menunjukkan bela sungkawa. Termasuk bila ada karyawan yang menikah. Susy selalu mengusahakan datang di hari bahagia itu.

Fenti Susiana, Staff Tax Unifam Group yang telah bekerja 21 tahun di Unifam Group punya cerita sendiri mengenai sosok Susylia. Di mata Fenti, gaya memimpin Susy dari dulu sampai sekarang tidak berubah. Susy adalah bos yang peduli dan keibuan. Bagi Fenti, Susy adalah pemimpin yang sangat perhatian terutama pada karyawan yang memiliki anak.

“Selain pemimpin perusahaan, beliau juga Ibu dari empat anak. Karena itu beliau sangat mengerti dan paham sekali dengan  kami, karyawan yang punya anak. Kadang bila anak sakit, terus kita minta izin, langsung dikasih. Enggak sampai di situ, kadang beliau juga bertanya bagaimana kondisi anak kita, sudah berobat kemana saja, dan sebagainya. Pokoknya perhatian banget deh,”kata Fenti antusias.

Karena menganggap semua karyawan seperti bagian dari keluarganya sendiri, karyawan pun menganggapnya Unifam sebagai keluarga kedua mereka.

Berita Terpopuler


Berita Terbaru


Bagikan Artikel