Artikel

Latih Anak Belajar Bertanggung Jawab dengan Akui Ruang Privasinya

Post pada 23 Mei 2022

Bicara privasi pada anak, bukan berarti si dia sedang menyembunyikan sesuatu. Lebih baik jauhi dugaan seperti itu. Justru memberi ruang privasi pada anak menjadi langkah awal memberi kepercayaan kepadanya.

Perlu digaris bawahi, seiring bertambahnya usia anak, maka keterampilan berpikir dan mengembangkan minat sosial makin berkembang. Di sinilah anak yang lagi dalam masa pubertas menuntut pengakuan atas privasinya kepada orangtua, khususnya sang ibu andalan keluarga.

Di saat bersamaan, tuntutan anak terkait privasi ini membuat orangtua melatih penyesuaian baru. Utamanya menekan rasa curiga bila si anak merahasiakan sesuatu. Curiga boleh, tapi sebaiknya jangan terlalu ekstrem.

Tentunya memang sulit menyesuaikan diri, apalagi bila anak sudah terbuka sejak kecil. Tapi urusan privasi anak ini adalah keniscayaan. Dan, keniscayaan ini menjadi tantangan baru bagi bunda, betul bukan?

Pada prinsipnya, menghargai privasi anak adalah bentuk kepercayaan kepadanya. Bunda sebaiknya juga memahami, memberi ruang privasi anak sama saja melatih dia bertanggung jawab dan belajar mandiri. Ujung-ujungnya, ini akan mendorong mereka lebih percaya diri.

Sebaliknya, apakah ada dampak yang negatif bila anak kurang mendapat pengakuan atas hak privasinya? Paling simpel adalah, bunda tidak mempercayai sang anak. Ini bisa menjadi api dalam sekam dimana akan muncul bibit-bibit konflik di kemudian hari.

Lalu, apa saja yang bisa dilakukan bunda dalam memberi ruang privasi anak? Mari dikupas satu-satu!

1. Beri anak zona pribadi

Kamar adalah zona pribadi anak. Biarkan dia menyendiri di kamar. Bila ingin masuk, ketuklah terlebih dulu. Anak akan merasa dihargai privasinya. Selain itu, sebaiknya biarkan dia menentukan sendiri untuk mengatur isi kamarnya. Posisi tempat tidur, meja belajar, atau aksesori yang ada di kamar.

2. Ajak bicara batasan privasi dan kebebasan

Memberikan ruang privasi bukan berarti memberi kebebasan penuh pada anak. Ajaklah dia diskusi seputar konsensus bersama antara kebebasan dan ruang privasi. Agar lebih rileks diskusinya, bisa dilakukan sambil menikmati Pino Es Serut Buah yang sudah dibekukan dulu di freezer kulkas. Dengan rasa buah yang segar, obrolan bareng anak akan lebih asyik.

3. Hormati keputusan anak

Sudah saatnya Bunda menghormati keputusan anak. Ini akan melatih dia bertanggung jawab atas keputusannya. Hindari untuk memvonis di awal-awal bila keputusan yang diambil itu salah. Justru, hal tersebut dapat menjadi pembelajaran dia di kemudian hari.

4. Kepo boleh tapi jangan overdosis

Sah-sah saja kalau bunda ingin tahu apa yang dilakukan anak di luar rumah. Siapa teman-temannya, apa isi pembicaraannya, dan kemana mereka ingin pergi. Tapi ada baiknya sifat kepo ini jangan terlalu berlebihan.

Lebih baik bunda membangun hubungan sehat dengan cara mengajak anak berbicara panjang dan menceritakan aktivitas hariannya. Misalnya dengan membuka pembicaraan dengan menawarkan Pino Es Serut Buah ketika sepulang sekolah. Rasa haus anak seketika lenyap dan bisa membuat suasana menjadi fresh.

Satu lagi catatan, meski mengakui privasi anak tetap orangtua mesti berperan dalam proses membimbing. Memberikan ruang privasi itu bukan berarti membuat anak bebas melakukan apapun tanpa pengawasan orangtua.

Jangan lupa untuk mengunjungi Tokopedia & Shopee UNIFAM Official Store untuk mendapatkan promo terbaik dari produk-produk UNIFAM.

Berita Terpopuler


Berita Terbaru


Bagikan Artikel