Post pada 20 Agu 2025
Halo, Bunda! Sebagai orang tua, pastinya kita ingin yang terbaik untuk Si Kecil, terutama soal makanan. Nah, belakangan ini, tren MPASI (Makanan Pendamping ASI) dari Jepang sedang banyak diperbincangkan lho. Metode yang satu ini memang terlihat menarik dengan pendekatan yang sangat terstruktur. Tapi, apakah tren MPASI Jepang ini benar-benar cocok untuk diterapkan pada Si Kecil di Indonesia? Yuk, kita bahas tuntas bersama, Bunda!
MPASI Jepang atau yang dikenal dengan sebutan okayu adalah cara pemberian makanan pendamping ASI yang sangat sistematis dan bertahap. Berbeda dengan MPASI di Indonesia yang kadang lebih fleksibel, MPASI Jepang ini punya aturan yang cukup ketat, lho.
Aturannya dimulai dari tekstur, porsi, hingga jenis makanannya. Tujuannya adalah untuk melatih kemampuan makan Si Kecil secara bertahap, mulai dari menelan, mengunyah, hingga merasakan berbagai macam rasa.
Pendekatan ini tidak hanya fokus pada nutrisi, tapi juga pada perkembangan motorik oral Si Kecil. Mereka diajak untuk mengenal tekstur yang berbeda-beda, mulai dari yang paling lembut seperti bubur cair hingga akhirnya bisa mengonsumsi makanan keluarga. Prosesnya yang bertahap ini dianggap dapat membantu Si Kecil menjadi picky eater dan melatih kemandiriannya saat makan.
Nah, kalau Bunda tertarik untuk mencoba, ada beberapa tahapan yang perlu Bunda ketahui. MPASI Jepang ini dibagi menjadi beberapa fase, yang disesuaikan dengan usia dan kemampuan Si Kecil.
Di tahap ini, Bunda bisa mulai memperkenalkan makanan pendamping ASI. Tapi ingat ya, mulainya cukup sedikit saja, sekitar satu sendok makan per hari. Makanan utamanya adalah okayu, yaitu bubur beras yang sangat encer dan lembut. Setelah Si Kecil terbiasa, Bunda bisa perlahan-lahan menambahkan jenis makanan lain seperti:
Di fase ini, frekuensi makan Si Kecil bisa meningkat menjadi dua kali sehari. Tekstur makanannya juga sudah mulai naik level, Bunda. Tidak lagi encer, tapi lebih kental dan mulai ada potongan-potongan kecil. Contohnya, bubur kental dengan potongan-potongan sayur dan protein yang sangat kecil. Tujuannya adalah melatih gusi Si Kecil untuk mulai mengunyah. Bunda juga bisa mengenalkan jenis karbohidrat lain seperti kentang dan ubi.
Si Kecil di tahap ini sudah semakin pintar makan! Frekuensi makannya sudah tiga kali sehari. Teksturnya pun sudah lebih padat, bisa bubur kental atau nasi tim yang agak lembek. Potongan makanannya juga bisa lebih besar dan bervariasi. Di tahap ini, Bunda bisa mulai mengenalkan makanan keluarga yang dimodifikasi, tapi pastikan rasanya tetap hambar atau minim bumbu ya.
Si Kecil sudah siap untuk makan makanan keluarga! Frekuensi makannya tetap tiga kali sehari, tapi teksturnya sudah makin mendekati makanan orang dewasa, misalnya nasi lembek hingga nasi biasa. Potongan sayur dan proteinnya juga sudah lebih besar, jadi Si Kecil bisa berlatih menggunakan giginya untuk mengunyah. Di fase ini, Bunda juga bisa mulai melatih kemandiriannya, misalnya dengan membiarkan Si Kecil makan sendiri menggunakan sendoknya.
Meski sama-sama bertujuan untuk memenuhi nutrisi Si Kecil, ada beberapa perbedaan yang cukup mencolok antara MPASI Jepang dan MPASI Indonesia, lho. Apa saja ya?
MPASI Jepang seringkali dimulai di usia 5-6 bulan, sementara rekomendasi resmi dari IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) menyarankan untuk memulai MPASI saat Si Kecil genap berusia 6 bulan.
MPASI Jepang memulai dengan bubur beras encer yang rasanya hambar. Sementara itu, MPASI Indonesia lebih bervariasi. Bunda bisa memulai dengan bubur sereal instan, puree buah, atau sayuran. Hal ini karena di Indonesia, banyak Bunda yang ingin memberikan rasa yang lezat sejak awal.
MPASI Jepang punya tahapan tekstur yang sangat sistematis dan bertahap. Mereka sangat teliti dalam menaikkan tekstur dari cair, kental, hingga potongan kecil. Di Indonesia, kenaikan tekstur bisa lebih fleksibel dan disesuaikan dengan kesiapan dan kemampuan Si Kecil. Kadang-kadang, Bunda di Indonesia bisa langsung memberikan bubur kental jika Si Kecil sudah terlihat siap.
Bahan-bahan untuk MPASI Jepang, seperti dashi (kaldu ikan khas Jepang), mungkin tidak selalu mudah ditemukan di Indonesia. Sebaliknya, bahan untuk MPASI Indonesia lebih mudah didapat, seperti beras, sayuran lokal, dan ikan-ikan yang banyak tersedia di pasar.
MPASI Jepang cenderung minim bumbu, bahkan cenderung hambar. Mereka fokus pada rasa alami dari bahan makanannya. Sedangkan, MPASI Indonesia seringkali menggunakan bumbu-bumbu sederhana seperti bawang putih, bawang merah, atau santan untuk menambah cita rasa.
Bunda tidak perlu terpaku pada satu metode saja, lho. Yang terpenting adalah menyesuaikan dengan kebutuhan Si Kecil dan kondisi keluarga. Bunda bisa mengkombinasikan MPASI Jepang dan Indonesia. Misalnya, Bunda bisa mengikuti tahapan tekstur ala Jepang yang sistematis, tapi menggunakan bahan-bahan lokal yang lebih mudah didapat.
Bunda bisa membuat okayu dengan beras lokal, lalu tambahkan sayuran seperti bayam, kangkung, atau wortel. Untuk protein, Bunda bisa menggunakan ikan gabus, ayam kampung, atau udang yang kaya nutrisi. Yang terpenting, pastikan Bunda tetap memperhatikan gizi seimbang, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Dengan begitu, Si Kecil tetap mendapatkan nutrisi yang optimal.
Selain itu, Bunda juga bisa meniru cara orang Jepang dalam melatih kemandirian Si Kecil. Saat makan, Bunda bisa menyiapkan sendok khusus untuk Si Kecil dan membiarkannya mencoba makan sendiri. Biarkan Si Kecil bereksplorasi dengan makanannya. Jangan khawatir jika berantakan, karena itu adalah bagian dari proses belajarnya.
Penting untuk diingat, setiap Si Kecil itu unik, Bunda. Ada yang cepat naik tekstur, ada juga yang butuh waktu lebih lama. Jadi, Bunda harus jeli dan sabar ya. Jika Si Kecil menunjukkan tanda-tanda tidak nyaman, seperti menolak makan, Bunda bisa kembali ke tekstur yang lebih halus dan mencobanya lagi beberapa hari kemudian.
Setelah melihat kelebihan dan perbedaannya, jawabannya adalah “iya, bisa cocok, asalkan disesuaikan.” MPASI Jepang memiliki banyak kelebihan, terutama dalam hal melatih Si Kecil untuk mengenal tekstur dan kemandirian. Namun, Bunda perlu kreatif dan cerdas dalam mengaplikasikannya. Bunda bisa mengambil poin-poin terbaik dari MPASI Jepang, lalu menggabungkannya dengan kearifan lokal.
Dengan mengkombinasikan kedua metode ini, Bunda bisa memberikan yang terbaik untuk Si Kecil, yaitu MPASI yang tidak hanya bergizi, tapi juga melatih kemandirian dan disesuaikan dengan bahan-bahan yang mudah didapat di Indonesia. Yang terpenting, selalu perhatikan reaksi Si Kecil saat makan. Jika ia senang dan lahap, berarti Bunda sudah berada di jalur yang benar.
Bunda bisa temukan artikel parenting lainnya di Instagram @Unifam.id. Dan pastinya, jangan lupa belanja produk-produk Unifam hanya di Toko Official Unifam di Shopee dan Tokopedia biar lebih aman dan pasti asli!