Post pada 10 Mar 2023
Awal bulan, tepatnya tanggal 8 Maret, sedunia memperingati Hari Perempuan Internasional. Lazimnya, momen peringatan itu akan memunculkan lagi tema keseteraan gender. Maksudnya, kampanye itu menekankan pada perempuan dan laki-laki harus diperlakukan secara adil dan setara.
Lantas, apakah anak sudah perlu dikenalkan konsep keseteraan gender? Sebelum lanjut, coba deh awali dulu bagaimana bunda menilai konsep itu? Kadang-kadang, stereotip gender yang pada melekat pada anak-anak justru muncul justru muncul dari orang tua seperti yang diperingatkan Christia Spears Brown, Ph.D., profesor developmental psychology di University of Kentucky.
Jadi, kadang-kadang orangtua tidak menyadari mereka sendiri yang mengajarkan anak membedakan gender berdasarkan jenis permainan, atribut warna pada busana, profesi, dan lain-lain.
Simpelnya, baju warna biru untuk laki-laki dan merah untuk perempuan. Boneka untuk perempuan dan laki-laki mainan mobil-mobilan. Lalu kadang secara tak sadar, bunda suka bisikkan kalimat ‘anak cowok harus kuat dong’ atau ‘anak perempuan mesti lembut tingkah lakunya.”
Hayo, kira-kira sadarkah bunda mengucap kalimat demikian?
Biar nggak telat, yuk perbaiki lagi pola asuh dengan prinsip keseteraan gender. Tidak ada kamus baku yang menyebutkan anak usia sekian baru belajar soal ini. Justru, si kecil hanya tahu bedanya anak laki dan perempuan saja.
Biar bisa smooth menularkan konsep keseteraan gender pada anak sejak dini, coba deh bunda lakukan hal-hal di bawah ini.
Lenyapkan pandangan kalau boneka itu untuk anak perempuan. Hilangkan juga keheranan bila lihat anak cowo suka mainan boneka. Kembalikan pada prinsip, semua mainan itu adalah media bagi anak untuk bereksplorasi, bermain, dan belajar.
Stop menganggap pink itu adalah warna perempuan. Begitu juga warna biru bukan eksklusif punya anak laki. Beri mereka kebebasan memilih warna yang mereka suka. Anak-anak pasti punya warna-warna favorit yang jadi pilihan, bukan karena dikotak-kotakkan berdasarkan gender.
Kadang orangtua selalu mendorong anak cowok berlatih kemandirian, tapi mengecualikan anak perempuan. Hindari ini lagi ya bunda. Anak laki dan perempuan sama-sama perlu dilatih kemandirian dan kemampuan untuk memecahkan solusi.
Ini hukumnya harus. Bunda harus jadi role model dalam implementasi konsep kesetaraan gender. Paling sederhana adalah tidak mengotak-kotakan pekerjaan domestik. Misalnya urusan cuci piring, cuci baju, dan dapur itu adalah perempuan saja. Sekali-kali ajak ayah untuk terlibat dalam pekerjaan rumah tangga harian.
Kemudian undanglah anak ikut berpartisipasi mengerjakan pekerjaan domestik ini bersama-sama. Selain anak belajar bertanggung jawab, suasana ini juga akan membangun kehangatan di rumah. Lebih afdol lagi bunda menyajikan Pino Es Serut Buah. Cocok banget setelah lelah bergotong royong bersih-bersih rumah, eh ada camilan yang menyegarkan. Sudah begitu, ritual makan pun seru karena diserut!
Singkatnya, tunjukkan sikap anak laki dan perempuan itu adalah setara dalam relasi keseharian. Pola asuh yang menerapkan prinsip kesetaraan dapat membangun ketahanan keluarga yang menghindarkan anak dari diskriminasi dan kekerasan.
Kunjungi lapak official Unifam untuk mendapatkan Pino Es Serut Buah di Shopee dan Tokopedia.