Post pada 02 Jun 2022
Sah-sah saja mengadaptasi budaya makan orang bule yang mengakhiri acara santap makan dengan pelengkap dessert alias makanan penutup. Termasuk juga menerapkan ini kepada si kecil. Boleh kiranya melengkapi acara makan si kecil dengan makanan penutup atau orang biasa disebut makanan pencuci mulut.
Toh, menu makanan penutup tak perlu sama persis sama orang bule. Tetap kedepankan kearifan lokal dan menyesuaikan masakan daerah yang menjadi kebiasaan makan di rumah dan lingkungan si kecil. Bagaimanapun, si kecil punya lidah lokal yang kesukaannya tidak beda jauh sama bundanya, bukan?
”Bunda bisa membedakan jenis makanan penutup ini antara si kecil dengan ayahnya. Misalnya sang ayah kebagian es kopyor kelapa muda dan si kecil mendapat jatah es krim. Lumrahnya, menyantap makanan manis dan segar sehabis hidangan utama yang ‘berat’ bakal terasa lebih nikmat,” jelas Nuril Farah Dhiya, S.TR.GZ, ahli gizi yang bertugas di Puskesmas Jagakarsa, Jakarta.
Opsi lainnya bisa pula dengan menyediakan Pino Es Serut Buah yang tersedia dalam rasa aneka buah dan memiliki kandungan 40 kkal. Produk ini cocok menjadi dessert yang ringan tanpa khawatir membuat anak obesitas. Kesegaran Pino Es Serut Buah langsung terasa begitu disajikan di atas meja makan. Terlebih kalau sudah dibekukan terlebih dulu di kulkas. Nyammiiiiii….
Oh iya, pemilik akun Instagram @nurielfarah ini menyarankan agar Bunda memberi jeda waktu santap makanan pencuci mulut sekitar 30 menit sampai satu jam sesudah makan. Tujuannya agar memberi ruang pada lambung sekaligus mencegah anak langsung tertidur usai makan.
Pertanyaannya, apakah menyediakan makanan penutup menjadi keharusan? Sebenarnya tidak sih. Agar mudah mempertimbangkan hal tersebut, yuk ada baiknya kita ketahui manfaat makanan penutup (dessert) terlebih dulu.
Sesuai judulnya, makanan penutup adalah momen terakhir dari ritual makan. Setelah makan berat, fungsi dari makanan penutup adalah mencuci indera pengecap untuk menghilangkan sisa amis, gurih, atau asin yang didapat dari makanan utama sebelumnya.
Makanan penutup juga dapat berperan sebagai pelengkap gizi. Misalnya saja menyajikan Pino Es Serut Buah yang kaya akan vitamin dari buah-buahan segar. Kebutuhan tubuh akan vitamin dapat terpenuhi dari sini. ”Seringkali anak tidak terpenuhi zat gizinya dari makanannya sehari-hari. Oleh karena itu diperlukan juga dessert dalam jumlah kecil di luar jam makan camilan,” terang Nuril.
Dalam satu hari, sambung Nuril, pada anak usia 5-12 tahun, memiliki kebutuhan Kalori sebanyak 1400-1700 kkal , protein 50-60 gr, serta lemak 50-60 gr. (AKG th 2019). Untuk kondisi anak yang memiliki status gizi normal, bisa dipilihkan menu makanan penutup atau produk yang nilai gizi nya masih kadar normal.
Sedangkan anak yang butuh boost berat badan atau yang memiliki aktivitas berlebih, bisa kita berikan dessert yang padat gizi. ”Untuk menu yang relevan pada usia anak 5-10 tahun, dapat kita berikan pisang goreng atau bakar, buah potong, es buah, jus buah, pudding, salad buah, atau es krim rasa buah,” usul Nuril.
Pilihan menu makanan penutup dapat menjadi stimulus agar anak menghabiskan porsi makan. Artinya, fungsi makanan penutup di sini semacam ‘hadiah’ atau achievement kepada si kecil atas prestasinya telah menghabiskan makan.
Tiga poin tadi dapat menjadi pertimbangan menyajikan menu makanan penutup. Perlu digarisbawahi, menyajikan menu penutup itu tidak wajib. Bisa pula disebut, menu makanan penutup itu sebagai ‘figuran’. Tapi di saat bersamaan, kadang kala menu penutup dapat menjadi ‘kejutan’.
Jangan lupa untuk mengunjungi Tokopedia & Shopee UNIFAM Official Store untuk mendapatkan promo terbaik dari produk-produk UNIFAM.