Post pada 07 Okt 2024
Kehamilan membutuhkan kesiapan secara fisik serta mental. Maka dari itu, ada baiknya proses kehamilan dipersiapkan sebaik mungkin sejak dini. Perhatikan juga usia Bunda saat hamil, karena hamil di usia terlalu muda ataupun terlalu tua dapat membawa dampak buruk bagi kesehatan Bunda dan bayi kelak.
Hamil di usia muda seringkali karena kurang perencanaan, hal ini dapat membawa berbagai risiko bagi ibu dan bayi. Kondisi fisik dan mental wanita yang masih tergolong remaja belum sepenuhnya matang membuat mereka lebih rentan mengalami komplikasi selama kehamilan dan persalinan.
WHO sendiri mengkategorikan usia ideal bagi perempuan untuk hamil adalah 20–30 tahun atau di awal usia 30-an. Menjalani kehamilan di bawah usia 20 tahun dapat dikatakan beresiko karena berdasarkan anatomi tubuh, perkembangan panggul perempuan pada usia tersebut belum sempurna sehingga dapat menyebabkan kesulitan saat melahirkan.
Tak hanya secara fisik, hamil di bawah usia 20 tahun juga dapat mempengaruhi psikologis wanita yang menjalaninya. Stigma negatif lingkungan mengenai hamil di usia muda serta belum mapannya keadaan ekonomi, bisa menjadi mempengaruhi kondisi psikologis ibu hamil di usia muda.
Hamil di usia remaja juga dapat meningkatkan risiko anemia, karena kekurangan zat besi. Kondisi ini dapat membuat ibu hamil merasa lemah dan lelah sehingga dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin. Kondisi ini juga dapat meningkatkan risiko ibu hamil yang terlalu muda untuk mengalami perdarahan pascapersalinan.
Berbagai studi menunjukkan bahwa ibu hamil berusia di bawah 20 tahun lebih banyak yang mengalami hipertensi saat hamil dan preeklamsia (komplikasi kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dan kadar protein yang tinggi dalam urine) , jika dibandingkan dengan wanita hamil berusia 20-an atau 30-an tahun. Jika tidak terdeteksi sejak dini dan ditangani dengan baik, kondisi ini dapat membahayakan kondisi kesehatan ibu hamil dan janin.
Kondisi fisik remaja yang belum sepenuhnya matang dapat menyebabkan kesulitan saat proses persalinan, seperti persalinan macet atau perlu dilakukan operasi caesar.
Ibu hamil muda lebih rentan terhadap infeksi, seperti infeksi saluran kemih dan infeksi menular seksual. Apabila sudah terlanjur mengalami kehamilan di usia muda, secepatnya konsultasi dengan bidan atau dokter kandungan terdekat.
Hamil di usia terlalu muda atau masih remaja dapat meningkatkan risiko stres, baby blues, hingga keinginan untuk bunuh diri. Hal ini mungkin saja disebabkan oleh beban dan tuntutan yang harus dihadapi karena belum siap merawat dan mengasuh bayinya.
Bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu berisiko mengalami berbagai masalah kesehatan, seperti gangguan pernapasan, masalah pada otak, dan masalah pada sistem kekebalan tubuh.
Kehamilan di usia muda bisa berpengaruh pada kondisi berat badan bayi, bayi bisa mengalami bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah.
Bayi dengan kondisi BBLR lebih rentan terhadap infeksi, masalah pertumbuhan, dan kesulitan belajar, serta beresiko mengalami stunting.
Preeklampsia adalah komplikasi kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dan kadar protein yang tinggi dalam urine. Kondisi ini ditandai dengan tekanan darah tinggi dan kerusakan organ tubuh, seperti ginjal dan hati. Preeklamsia dapat mengancam nyawa ibu dan bayi.
Risiko bayi lahir dengan cacat bawaan lebih tinggi pada ibu hamil muda.
Bayi yang lahir dari ibu hamil muda mungkin mengalami perkembangan yang lebih lambat dibandingkan bayi yang lahir dari ibu dengan usia kehamilan normal.
Risiko kematian bayi lebih tinggi pada bayi yang lahir dari ibu hamil muda.
Belum siapnya ibu dan ayah menjadi orangtua, terutama dalam faktor ekonomi bisa menyebabkan bayi tidak mendapatkan asupan gizi yang seimbang untuk pertumbuhannya.
Untuk mencegah terjadinya kehamilan di usia muda yang memiliki beragam resiko seperti di atas, ada beberapa hal yang dapat dilakukan, yaitu:
Pendidikan yang baik akan membuat remaja lebih cermat mengambil keputusan dan menjaga dirinya sendiri. Pendidikan tentang seksualitas atau sex education juga perlu diberikan sejak dini, tidak hanya untuk anak perempuan, tetapi juga laki-laki.
Dengan mengetahui bagaimana proses terjadinya kehamilan serta risiko melakukan seks bebas, setiap remaja bisa membuat keputusan untuk menjauhi dirinya dari pergaulan bebas.
Keluarga berencana merupakan program pemerintah yang bertujuan untuk mengendalikan angka kesuburan dan kehamilan, termasuk pada remaja di bawah usia 18 tahun. Sayangnya, masih banyak pasangan yang tidak menggunakan kontrasepsi untuk mencegah kehamilan.
Tak hanya dapat mencegah kehamilan, pemakaian kontrasepsi, seperti kondom, juga dapat mencegah penularan penyakit menular seksual.
Pasangan muda bisa mengikuti konseling mengenai kesehatan reproduksi, bisa datang ke pusat kesehatan terdekat yang menyediakan layanan konseling bagi remaja yang menghadapi masalah terkait seksualitas dan kehamilan.